"Sesungguhnya disamping kesulitan pasti ada kemudahan"
Mungkin itu hal yang sangat representatif untuk keadaan ini.
Dimulai dari konflik diri, konflik persahabatan hingga konflik cinta.
Aku
bukan orang yang sangat penting dalam kelas ini, tapi tidak bisa
menghalangiku untuk jatuh cinta. Semua orang berhak jatuh cinta entah
dengan orang yang baru kenal sama teman sendiri.
Aku
mengenalnya sejak drama itu dimulai. Aku mulai berinteraksi dengannya
sejak saat itu. Ketika dia berjuang mempertahankan gelarnya aku disini
memberi support yang besar namun juga mengharapkan kepulangannya dengan
besar. Waktunya sangat tidak tepat, dua hal yang sangat penting itu
berjalan di waktu yang sama. Aku dan dia berada di dalam satu kumpulan
untuk menggelar suatu pementasan sebagai tugas besar semester itu. Namun
apadaya, dia sebagai pemeran utama yang terpaksa digantikan secara
mendadak. Sedih, namun "show must go on". Semua berjalan setidaknya
tidak mengecewakan.
Sejak saat itu cerita tentang kita akan
terus tertulis dengan rapih sebelum 'negara api' menyerang. Hal itu
terjadi entah ku tak tau kapan itu mulai terjadi.
"Sudah jatuh
tertimpa tangga" hal itu yang terjadi saat itu. Konflik kelas tentang
seragam memang menjadi masalah umum di saat itu. Hal itu sudah menjadi konflik untuk semua kelas. Namun hal itu menjadi
suatu event terbesar di perkembangan bersama. Cerita cintaku berjalan
dengan baik sebenarnya, namun saat itu aku tidak pernah terpikirkan
olehku saat teman terbaikku dengan tega melakukan itu padaku. Hantaman
itu datang selembut peluru yang menghantam kencangnya degup jantungku
Hal itu sudah menjadi konflik untuk semua kelas. Namun hal itu menjadi
suatu event terbesar di perkembangan bersama. Cerita cintaku berjalan
dengan baik sebenarnya, namun saat itu aku tidak pernah terpikirkan
olehku saat teman terbaikku dengan tega melakukan itu padaku. Hantaman
itu datang selembut peluru yang menghantam kencangnya degup jantungku.
Hal itu membuat pecah struktur kelas yang tidak ada huru-hara
sebelumnya. Bahkan tragedi banner itu masih tersimpan dengan rapi
dibenakku. Semua emosi meluap menjadi satu bahkan manusia-manusia tak
berdosa menjadi korban dalam tragedi ini. Penghianatan, pembujukkan,
separatisme. Tiga hal yang sangat tepat untuk merepresentasikan keadaan
ini. Mereka tidak tahu bagaimana awal mula cerita ini. Berawal dari dia
yang menjadi penjilat sahabat sendiri. Menjadi dalang adu domba dalam
peristiwa ini. Bahkan hal yang sangat tidak kukira bisa-bisanya terjadi.
Masih tersimpan rapi dibenakku bagaimana dia memperlakukan aku didepan
mereka, aku mengingat semua obrolannya. Bahkan jejak-jejak itu masih
tersimpan rapi juga.
Aku menjadi seorang yang berdiri sendiri, saat-saat seperti ini aku mengerti bagaimana sifat-sifat orang yang ada disekitarku.
Berdiri
sendiri atau bersama-sama menopang masalah ini. Semua terbukti dan aku
mendapat semua jawaban itu. Masalah itu seakan-akan menjadi konflik
batinku sendiri. Hidup memang tidak pernah memihak. Aku melawan mereka
dengan emosi yang terkontrol.
Dia menghindar dariku padahal
aku masih berusaha dengan keras merangkulnya kembali. Namun, pembujuk
sangatlah hebat, bahkan pembujuk ini sangat busuk sekali perkataannya,
mengatakan taubat tapi semua itu hanya 'gimmick'. Entah kenapa, dia
selalu hadir disaat aku bahagia dan menjadi salah satu faktor hilangnya
kebahagiaan itu.
Dia telah bersama teman baikku, dan aku
nerusaha tersenyum diatas rintihan hati ini. Memang terlihat puitis,
namun hal itu memang yang terjadi. Merelakan lebih baik daripada terus
mempertahankan tapi berkali-kali dihujani olah anak panah yang berusaha
mencetak nilai terbaik di papan panah. Lambat laun, dia (teman baikku)
kembali lagi padaku dengan segala permintaan maafnya padaku. Memaafkan
memang berujung manis. Kami kembali lagi dengan formasi beremoat,
berjanji melupakan hal yang lalu.
Disamping konflik
penghianatan tersebut, hubunganku dengan dia tidak lagi semanis dulu.
Aku dan dia semakin canggung. Entah semua itu menjadi seperti dendam
dalam hati. Aku hanya meluapkan apa yang ada dipikiranku, namun dia dan
mereka menganggapku seperti anak kecil. Konfliknya tidak sesederhana itu
kawan. Semua datang secara beruntun dan seperti tidak ada jeda untukku
agarku bisa bernapas.
Disaat konflik itu terjadi, ada
seseorang yang terjebak cinta padaku. Aku menganggapnya tidak lebih dari
pendengar yang baik. Berkali-kali ku menjelaskan jikalau hatiku belum
siap menerima orang baru, karena kisah yang lalu adalah kisah yang
terlalu manis untuk dilupakan. Sikapnya semakin menjadi-jadi sampai
puncak emosinya. Aku. Memang sepertinya belum siap untuk jatuh cinta
lagi.
Kurang dari satu tahun konflik itu terjadi, dia yang
dulu bersama sahabatku datang lagi di kehidupanku menjadi sosok yang
berbeda. Dia datang sebagai sahabat yang sangat berbeda, bahkan jauh
lebih dekat dari yang dulu. Aku menjadi sosok yang sangat dipercaya
olehnya, saat itu perasaan yang sudah hampir punah kembali bersemi.
Kenapa laki-laki se tega itu datang dan pergi di hati ini. Aku dan dia
menjadi jauh lebih dekat dari yang dulu. Aku sangat nyaman dengan
keadaan itu. Namun kenapa keakraban itu hadir disaat-saat aku harus
berpisah dengannya. Tututan membuat aku dan dia berpisah.
Disisi
lain, kelas yang telah mengalami konflik itu menjadi kelas yang sangat
tangguh, sangat bisa dibanggakan oleh semua guru dan menjadi kelas yang
sangat kompak. Semua cerita itu terukir dengan akhir yang sangat manis.
Terimakasih untuk cerita tiga tahunnya. Hal itu tidak akan terlupakan